Senja Kala

Tidak dipungkiri senja adalah satu kata yang keren. Keren karena menandakan lo anak gunung ataupun lo penikmat kopi. Penikmat kopi, emang lo penikmat kopi apa? Hilih penikmat kopi kok masih pakai gula. Sorry gue kalau minum kopi gak pakai gula, sakit perut kambuh. So, itulah percakapan bang ngopi dan kang teh poci (hehehe) yang kadang terdengar di telinga kita. Btw, saat ini aku akan menuliskan sebuah cerita tentang senja. Dengan beberapa bait syair. Syairnya akan disambung menyatu dengan kata-kata manis aku.

Pandangan mata matahari menutup hari
Sorak sorai suara sumbang di telinga
Memanggil menata diri untuk berpose

Duduk dalam renungan
Hari yang letih
Hari yang penuh gelisah
Hari yang gulana
Tatapan harapan kepada Tuhan
Kesedihan tidak terjadi lagi
Aku hanya ingin bahagia
Aku hanya ingin senyum
Aku tidak ingin air mata terurai

Tidak kawan,
Kamu juga harus merasakan bahagia dan tangis
Senja mulai berangsur tertutup kelopak awan
Gelap tidak ada cahaya
Hanya terdengar suara bisik sekerumun manusia
Kemana oh kemana aku harus lari?
Kaki ini sudah berlari melintasi berbagai tanah senja
Namun ada sesosok bayangan
Bayangan apa? Bayangan penyesalan
Penyesalan kaburlah dari hidup aku! aku tidak ingin melihatmu.
Tanah senja sudah ku gapai hingga luka…

Akankah luka aku dan kamu hilang?
Seperti halnya matahari senja ditelan awan.

………………………………………………………………….
Rasa dan krasa menyatu dalam lubuk hati
Tidaklah berlari dengan penyesalan
Tataplah dengan harapan

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑