Di tengah pagi berhembuskan angin sepoi, aku menuliskan sebuah makna..
Membayangkan sebuah musim bersatu..
Antara musim gugur dan musim hujan..
Pandangan mata tertuju pada peta..
Menentukan Bandung sebagai titik awal..
Menggariskan jarak melampaui garis benua..
Jarak aku dan jarak kamu terpisah selat Bosporus..
Aku hanya bisa membayangkan mantel tebal, coklat hangat, dan balutan salju..
Saat ini aku berdiri di tengah hujan deras, suara deru petir, dan menatap langit..
Seakan suara lirih hati berkata..
Terlupa dan lupa seakan namamu telah buram..
Terkadang aku ingin membuka foto benua itu kembali.. Ah tapi
Keping puzzle yang aku satukan tidak dapat aku temui..
Tergerus waktu sudah, mulai ku rapikan puzzle dari 2019, 2020, 2021, dan 2022..
Namun tidak dapat kembali aku satukan..
Jikalau tulisan ini tidak dapat kau terima..
Cukuplah memoriam makna dan balutan kata do’a..
Lari dan berlarilah menuju taman kota ketika musim gugur tiba..
Tengoklah bunga Autumn berguguran, berlatar sinar matahari malu dengan cahayanya..
Bahwa gugur daun itu adalah puzzleku yang termakan waktu..

Tinggalkan Balasan